BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara agraris, yang tak lepas dari bidang pertanian sebagai salah satu sektor penting sebagai sumber pemasukan negara. Lahan yang memadai didukung dengan kesuburan tanah menjadi asset penting. Akan tetapi pertanian di Indonesia belum dapat berkembang pesat layaknya negara agraris lain. Hal ini dikarenakan teknologi pertanian yang belum berkembang dengan baik. Salah satunya dengan masih mahalnya pestisida sebagai pencegah hama pada tanaman.
Hampir setiap petani di Indonesia umumnya menggunakan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik ini lama kelamaan dapat menimbulkan efek negatif yaitu tercemarnya tanah. Sebab residu pestisida sintetik sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar kita (Warlinson Girsang). Bila tak segera diatasi nantinya dapat berpengaruh buruk terhadap kelestarian lingkungan. Padahal jumlah petani mencapai 44 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan petani gurem dan buruh tani dengan kepemilikan lahan dibawah 0,5 hektar atau mencapai 38 juta keluarga tani (data BPS). Dengan jumlah petani yang banyak menggunakan pestisida sintetik akan mempercepat tercemarnya lingkungan.
Dari permasalahan-permasalahan di atas, penulis ingin menyumbangkan ide kreatif sebagai sebuah solusi dengan menciptakan pestisida dari limbah deterjen yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dan dibuang begitu saja. Padahal menurut kajian literatur deterjen memiliki bahan-bahan aktif berupa surfaktan, Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) yang bersifat karsinogenik sehingga dapat digunakan sebagai pestisida. Namun zat ini relatif mudah didegradasi secara biologi. LAS bisa terdegradasi sampai 90 persen ( www.matoa.org ). Detergen yang mengandung LAS juga tidak berbahaya bagi tumbuhan ( www.4humanity.wordpress.com ). Limbah deterjen juga mudah didapat karena umumnya dibuang begitu saja setelah pemakaian. Penulisan ini dilakukan agar pemanfaatan limbah deterjen sebagai alternatif pestisida sintetik bisa segera terealisasikan dan berkembang pesat di Indonesia, yang dikemas dalam karya tulis berjudul ”PENGOLAHAN LIMBAH DETERJEN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI PESTISIDA SINTETIK YANG MUDAH MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN “.
B. Batasan Masalah
Penulisan ini dibatasi pada telaah pustaka tentang pengertian deterjen, pestisida dan bahan pestisida alami.
.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi limbah deterjen sebagai pestisida yang ramah lingkungan?
2. Bagaimana sistematika pemanfaatan limbah deterjen sebagai pestisida?
3. Apakah keunggulan pemakaian limbah deterjen sebagai pestisida dibanding pestisida sintetik?
D. Tujuan Penulisan
Penulisan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengungkap potensi limbah deterjen sebagai pestisida yang murah, mudah, dan ramah lingkungan.
2. Membantu masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat pestisida sintetik.
3. Memberi informasi kepada petani tentang pestisida yang mudah, murah dan ramah lingkungan.
E. Manfaat Penulisan
Penulisan ini memberi manfaat antara lain :
1. Bagi Penulis
a. Memberikan wawasan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah.
b. Dapat menerapkan metode ilmiah seperti yang dilakukan oleh ilmuwan dalam melakukan penelitian.
c. Membuat peneliti lebih peka terhadap pemanfaatan bahan-bahan yang tidak lazim untuk digunakan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat
2. Bagi Pemerintah
a. Dapat dijadikan solusi dalam mengatasi pencemaran lingkungan akibat pestisida sintetik.
b. Dapat dijadikan referensi dan sumber pengetahuan terutama dalam hal lingkungan hidup
3. Bagi Petani dan Masyarakat
a. Dapat dijadikan solusi untuk mengatasi masalah akibat pencemaran pestisida bagi tanah.
b. Mengurangi biaya produksi pertanian akibat mahalnya pestisida.
4. Bisa dijadikan dasar dalam melakukan penelitian lanjutan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Deterjen
Gambar 2.1 Deterjen
Sumber : (dokumentasi penulis)
1. Pengertian deterjen
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Deterjen memiliki banyak keunggulan, diantaranya dapat memiliki daya cuci yang lebih baik bila di bandingkan dengan sabun.
2. Bahan kimia penyusun deterjen
a. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik. Ia memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, atau istilah teknisnya, ia berfungsi sebagai emulsifier, bahan pengemulsi. Zat kimia ini bersifat toksik (beracun) bila dihirup, diserap melalui kulit atau termakan.
Contoh surfaktan yang umun digunakan adalah Linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Zat kimia ini juga merupakan zat karsinogenik. Namun LAS relatif mudah didegradasi secara biologi. LAS bisa terdegradasi sampai 90 persen. Menurut penelitian, alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS mencapai sampai 50 persen.
c. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Beberapa contoh builder yang banyak digunakan antara lain:
1. Zeolit (Na2Ox.Al2O3y.SiO2z.pH2O). Zeolit berfungsi sebagai builder penukar ion. Zeolit yang banyak digunakan adalah zeolit tipe A. Ion natrium akan dilepaskan oleh kristal zeolit dan digantikan dengan ion kalsium dari air sadah. Hal ini akan menyebabkan penurunan kesadahan dari air pencuci.
2. Clay. Clay, seperti kaolin, montmorilonit, dan bentonit juga dapat digunakan sebagai builder. Natrium bentonit, misalnya dapat melunakkan air akibat kemampuannya menyerap ion kalsium. Namun, clay dipertimbangkan sebagai bahan yang memiliki efektivitas pelunakkan air yang lebih rendah dibandingkan zeolit tipe A. Penggunaan clay sebagai builder juga memiliki nilai tambah lain. Clay montmorilonit, misalnya, dapat berfungsi sebagai komponen pelembut. Komponen ini akan diserap dan difilter ke dalam pakaian selama proses pencucian dan pembilasan.
3. Nitrilotriacetic acid. Senyawa N(CH2COOH)3 atau biasa disebut NTA ini, merupakan salah satu builder yang kuat. Senyawa ini merupakan tipe builder organik. Namun, penggunaaannya memiliki efek samping pada kesehatan dan lingkungan.
4. Garam netral. Natrium sulfat dan natrium klorida merupakan garam-garam netral yang dapat digunakan sebagai builder. Selain itu, senyawa-senyawa ini juga dipertimbangkan sebagai filler yang dapat mengatur berat jenis deterjen. Natrium sulfat juga dapat menurunkan Critical Micelle Concentration (CMC) dari surfaktan organik sehingga konsentrasi pencucian efektif dapat tercapai.
c. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
d. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC). Beberapa aditif organik yang dapat digunakan dalam deterjen adalah:
1. Na-CMC. Natrium Carboxyl Methyl Cellulose sebagai aditif berfungsi sebagai agen anti-redeposisi yang paling umum digunakan pada kain katun. Namun, senyawa ini tidak berfungsi baik pada serat sintetik.
2. Blueing Agent. Blueing agent memiliki fungsi untuk memberi kesan biru pada kain putih sehingga kain akan terlihat semakin putih. Selain itu, blueing agent juga dapat memberi kesan warna yang lembut.
3. Fluorescent. Fluorescent merupakan agen pemutih yang pertama kali dikombinasikan dengan deterjen pada tahun 1940. Agen ini akan menyerap radiasi ultraviolet dan mengemisi sebagian energi radiasi tersebut sebagai sinar-sinar biru yang tampak. Konsentrasi aditif harus diperhatikan dalam penggunaannya karena jika konsentrasi aditif yang digunakan salah, fluoroecent tidak akan memberikan efek absorbsi sinar ultraviolet.
4. Proteolytic enzyme. Proteolytic enzyme banyak digunakan pada formula deterjen. Tujuan penggunaannya adalah untuk mendegradasi bercak-bercak pada substrat yang dapat didegradasi oleh enzim. Penggunaan aditif ini membutuhkan waktu lebih lama daripada aditif lainnya karena merupakan bioteknologi. Enzim-enzim yang dapat digunakan sebagai aditif antara lain enzim amilase, trigliserida, dan lipase.
5. Bleaching agent. Bleaching agent anorganik yang banyak digunakan dalam formula deterjen adalah natrium perborat. Pada temperatur pencucian yang tinggi, sekitar 70-80 derajat Celcius, senyawa ini akan memucatkan (efek bleaching) bercak-bercak seperti bercak wine dan buah-buahan secara efektif. Namun, untuk memenuhi syarat lingkungan, sebbelum dibuang, air sisa cucian harus didinginkan hingga temperatur di bawah 50 derajat Celsius. Bleaching agent organik yang juga dapat digunakan adalah TAED (Tetra Acetyl Ethylene Diamine). Senyawa ini efektif digunakan pada temperatur pencucian 50-60 derajat Celcius.
6. Foam Regulator. Foam regulator seperti amin oksida, alkanolamida, dan betain terdapat dalam produk deterjen jika jumlah busa yang banyak diinginkan sehingga aditif ini umumnya ditemui pada cairan pencuci tangan dan sampo.
7. Organic sequestering. Aditif ini berfungsi untuk memisahkan ion logam dari bath deterjen. Beberapa aditif yang berfungsi sebagai organic sequestering adalah EDTA dan nitrilotriacetic acid.
8. Golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/DEA). Perlu diketahui, zat kimia ini sering digunakan pada produk pembersih perawatan tubuh untuk menjaga pH (derajat keasaman) formula. Dapat menyebabkan reaksi alergi, iritasi mata, kekeringan, dan toksik jika digunakan dalam waktu lama. Zat karsinogen ini telah dilarang di Eropa tapi masih ditemukan pada formula kosmetik.
9. Chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP). Zat kimia ini merupakan zat karsinogenik.
10. Sodium lauryl sulfate (SLS). Zat kimia ini dapat mengubah sistem imun (kekebalan) dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran cerna, sistem saraf, paru-paru dan kulit. Umumnya ditemukan pada produk berbusa untuk perawatan tubuh. Mungkin terdaftar sebagai komponen produk semi natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.
11. Sodium laureth sulfate (SLES). Bila dikombinasi dengan bahan lain, zat kimia ini membentuk zat nitrosamin dan mempunyai efek karsinogen pada tubuh. Perlu kehati-hatian terhadap produk semi natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.
3. Limbah deterjen
Limbah deterjen merupakan sisa hasil perendaman cucian. Limbah deterjen masih mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan jika dibuang sembarangan.
B. Pestisida
Gambar 2.2 Pestisida
Sumber : (www.google.com)
1.Pengertian pestisida
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang “ Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida” yang dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut ;
“ Semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, memberantas rerumputan, mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk, memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air”.
2. Macam-macam pestisida
a. insektisida (serangga)
b. fungisida (fungi/jamur)
c. rodentisida (hewan pengerat/Rodentia)
d. herbisida (gulma)
e. akarisida (tungau)
f. bakterisida (bakteri)
3. Bahaya Pestisida
Tabel 2.1 Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia
No. Jenis Pestisida Jenis Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia
1 Asefat Insektisida Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi
2 Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah
3 BHC Insektisida Kanker, beracun pada alat reproduksi
4 Kaptan Insektisida Kanker, mutasi gen
5 Karbiral Insektisida Mutasi gen, kerusakan ginjal
6 Klorobensilat Insektisida Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi
7 Klorotalonis Fungisida Kanker, keracunan alat reproduksi
8 Klorprofam Herbisida Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
9 Siheksatin Insektisida Karsinogen
10 DDT Insektisida Cacat lahir, pengaruh kronis
Sumber : Pesticide Action Network (PAN) Indonesia
Selain itu bahan kimia yang terkandung dalam pestisida tersebut sangat sulit terurai oleh lingkungan (Sutikno).
C. Bahan pestisida alami
Bahan pestisida alami merupakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan dan dapat dimanfaatkan sebagai pestisida. Yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan tersebut diantaranya adalah tumbuhan beracun dan berbau tajam. Berikut adalah bahan kimia alami yang digunakan oleh penulis.
1. Kecubung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Eudicots
(tidak termasuk) Asterids
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Genus: Datura
Spesies: D. metel
Gambar 2.3 Kecubung
Sumber : (www.google.com)
Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun. Sebagai anggota suku Solanaceae, tumbuhan ini masih sekerabat dengan datura, tumbuhan hias dengan bunga berbentuk terompet yang besar. Kecubung biasanya berbunga putih dan atau ungu, namun hibridanya berbunga aneka warna.
Rasanya pahit, pedas, sifatnya hangat, beracun (toksik), masuk meridian jantung, paru dan limpa. Kecubung berkhasiat antiasmatik, antibatuk (antitusif), antirematik, penghilang nyeri (analgesik), afrodisiak dan pemati rasa (anestetik)
Kecubung mengandung 0.3-0.4 % alkaloid (sekitar 85 % skopolamin dan 15 % hyoscyamine), hycoscin dan atropin (tergantung pada varietas, lokasi dan musim). Zat aktifnya dapat menimbulkan halusinasi bagi pemakainya. Jika alkaloid kecubung diisolasi maka akan terdeteksi adanya senyawa methyl crystalline yang mempunyai efek relaksasi pada otot gerak.
Kecubung termasuk bahan beracun terutama bijinya, mengandung alkaloid yang berefek halusinogen. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai pestisida.
2. Lempuyang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Eudicots
(tidak termasuk) Asterids
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Genus: Datura
Spesies: D. metel
Gambar 2.4 Lempuyang
Sumber : (www.google.com)
Lempuyang meupakan bahan alami yang sering digunakan sebagai obat demam, asam urat, dan obat sakit perut oleh masyarakat tradisional. Cirri khas dari lempuyang adalah mengandung bau yang menyengat sehingga membuat kepala pusing dan mual. Sehingga sangat cocok digunakan sebagai pestisida untuk membasmi seranga.
Tumbuhan ini memiliki cirri khas yang bau yang sangat tajam dan berasa pahit, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Metode Penulisan
Dalam melakukan penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian/penulisan non hipotesis yang bertujuan menggambarkan keadaan menggunakan data berupa kualitatif (Arikunto: 1998; 245). Metode ini dipilih karena menyangkut upaya penulis untuk mengetahui seberapa besar potensi limbah deterjen untuk digunakan sebagai pestisida alami. Sebagian besar data yang diperoleh untuk mengetahui potensi tersebut adalah dari literatur. Dalam penulisan ini, metode deskriptif kualitatif mempermudah penulis untuk mengetahui potensi limbah deterjen sebagai pestisida alami.
B. Instrumen Penulisan
Pada penulisan ini, penulis menggunakan beberapa instrumen penulisan, yaitu :
1. Kajian literatur : adalah instrumen yang digunakan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder dapat diperoleh dari majalah ilmiah, buku-buku, dan internet. Sebagian besar data yang digunakan dalam karya tulis ini adalah data sekunder.
2. Foto : adalah instrumen yang digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya dianalisis secara induktif yaitu menganalisis data khusus untuk mendapatkan gambaran yang bersifat umum. Pada penulisan ini, foto diperoleh dari foto yang dihasilkan orang lain maupun penulis sendiri.
C. Kegiatan Penulisan
Kegiatan penulisan dilakukan pada bulan Februari 2010. Berikut disajikan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam penulisan ini.
Tabel 3.1
Kegiatan Penulisan
No. Kegiatan Waktu Tempat
1. Merumuskan judul dan rumusan masalah. 1 Februari 2010 SMA Negeri 1 Ponorogo
2. Mencari literatur dari buku-buku, majalah ilmiah dan internet. 2-5 Februari 2010 Menyesuaikan
3. Pengolahan data dan penyusunan karya tulis. 6-9 Februari 2010 SMA Negeri 1 Ponorogo
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan prosedur yang telah dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Limbah deterjen mempunyai potensi yang baik untuk digunakan sebagai pestisida karena mengandung bahan karsinogenik berupa Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LAS) relatif mudah didegradasi secara biologi.
2. Pemanfaatan limbah detergen sebagai pestisida dilakukan dengan cara menambahkan sari rebusan lempuyang dan buah kecubung pada 10 liter limbah deterjen.
3. Pestisida berbahan dasar limbah detergen lebih murah, mudah, dan ramah lingkungan dibandingkan pestisida sintetik.
B. Saran
Penulis memberikan saran untuk menindaklanjuti hasil penulisan dalam karya tulis ini, yaitu :
1. Hendaknya gagasan pestisida dari limbah detergen ini segera disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait (misalnya masyarakat, pemerintah, dan peneliti-peneliti di bidang kesehatan).
2. Hendaknya gagasan pestisida dari limbah detergen ini segera direalisasikan pelaksanaannya.
3. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai gagasan pestisida dari limbah detergen ini.
4. Hendaknya usaha untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan akibat pestisida sintetik di Indonesia lebih digencarkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Girsang, Warlinson. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida. Pematang Siantar : Disertasi Universitas Simalungun.
Suharsini, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Matoa. 2008. Cermati Sabun dan Deterjen yang Anda Gunakan (online), (http://matoa.org/2008/11/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/ diakses 4 Februari 2010)
_____. 2009.Deterjen Ramah Lingkungan (online), (http://4humanity.wordpress.com/2009/deterjen-rama-lingkungan diakses 4 Februari 2010)
Wikipedia. 2009. Detergen (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Detergen diakses 4 Februari 2010)
Wikipedia. 2009. Lempuyang (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Lempuyang diakses 4 Februari 2010)
Wikipedia. 2009. Kecubung (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kecubung diakses 4 Februari 2010)
Wikipedia. 2009. Pestisida (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida diakses 4 Februari 2010)
_____. 2009. Pokok Kecubung (online), (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0303/23/1002.htm diakses 4 Februari 2010)
_____. 2009. Manfaat Rimpang Lempuyan Untuk Pengobatan dan Kesehatan (online), (http://www.klipingku.com/2009/09/manfaat-rimpang-lempuyang-untuk-pengobatan-dan-kesehatan/ diakses 4 Februari 2010)
Dalimartha , Setiawan. 2009. Kecubung Datura Metel L (online), (http://habib.blog.ugm.ac.id/tulisan/kecubung-datura-metel-l/ diakses 4 Februari 2010)
_____. 2009. Pestisida Kimia Vs Organik (online), (http://id.wordpress.com/tag/pestisida-kimia-vs-organik/ diakses 4 Februari 2010)
ini sudah pernah dicoba belum ya? thnks
ReplyDeleteApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
ReplyDeleteSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri